.
Selesai jalan pagi aku mampir dikantin, kulihat si Udin duduk sambil melamun.
Aku duduk didepannya sambil bertanya: "Ada apa Din kok sedih sekali?"
Udin : Macam mana tidak sedih Bang. Pagi tadi kuambil HP biniku, kutengok ada sms dari Putri kesayanganku maka kubacalah: amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin!!! katanya.
Aku merasa heran, apa pulak yang dibilang Mamaknya maka Putriku demikian senangnya? Maka kucari pesan Mamaknya pada pesan terkirim. Begitu kubaca, aku langsung istighfar beberapa kali.
Saya : Apa pesan bini kau Din?
Udin : Pesan biniku: "Kalau memang sudah waktunya mau pacaran, pacaranlah.. mudah-mudahan kau dapat suami yang baik, tetapi ingat jangan yang kayak Bapak kau pulak"
Saya : Memangnya kau kayak apa Din?
Udin : Manalah aku tau, kayak apa aku dilabel anak dan istriku. Yang jelas hatiku sedih sekali, kebahagiaanku selama ini hilang begitu saja. Coba bayangkan! Seandainya sekarang aku lamar istriku, pastilah ditolaknya!
Sambil berjalan pulang aku pun berpikir... "Apakah istri dan anak-anakku juga memberi aku label?
.
Karena perut terasa lapar, saya memutuskan mampir diwarung nasi pinggir jalan. Tak lama kemudian masuklah seorang bapak bersama istri dan anaknya... Yang menarik adalah kendaraan mereka sebuah gerobak dorong...
Lalu sang bapak memesan 2 piring nasi dan ayam goreng untuk istri dan anaknya.
Ketika saya selesai makan, ada yang menarik hati saya..Ternyata, yang menikmati makanan itu hanya istri dan anaknya. Sedangkan sang bapak hanya melihat istri dan anaknya menikmati makanan. Sesekali saya melihat anaknya tertawa senang dan sangat menikmati ayam goreng yang dipesan bapaknya..
Saya perhatikan, wajah sang bapak, walau tampak kelelahan terlihat senyum bahagia diwajahnya..
Lalu saya mendengar dia berkata.."makan yang puas Nak, toh..hari ini Ulang Tahunmu"
Saya terharu mendengarnya.. seorang bapak, dengan keterbatasannya, sebagai pemulung.. memberi ayam goreng warung pinggir jalan untuk hadiah ulang tahun anaknya..
Hampir menangis saya diwarung itu.. melihat betapa bahagianya keluarga tersebut walaupun mereka hidup dalam keterbatasan. Sementara saya dan beberapa teman lain hidup dalam serba kelebihan tetapi kami tidak menikmati kebahagiaan. Sungguh tidak pantas bagi saya untuk mengeluh..
.
Sepasang suami istri sesenggukan dihadapan saya, tepat diloket kasir RSBY.
Saya yang tengah menanti penghitungan obat untuk kedua anak kembar yang kala itu berusia dua tahun, hanya terpana melihat bagaimana dua sosok itu lunglai dibawah tatapan nanar dari petugas kasir.
- “Saya cuma kasir… jadi tidak bisa memberi kebijakan apa-apa!” kata si kasir pria.
Sepasang suami istri itu menuju kursi panjang untuk sedikit menopang tubuh mereka yang bagai tak bertenaga.
Ketika saya bertanya pada kasir, dia menceritakan bahwa anak mereka sedang dirawat karena diare dan boleh keluar hari itu. Mereka hanya punya uang Rp.100.000 sedang biaya perawatan sisanya adalah Rp.320.000.
Mereka telah berusaha mengurus surat miskin di hari minggu itu namun tidak membuahkan hasil karena kantor kelurahan tutup maka mereka terpaksa harus meminta kebijakan untuk bisa membawa sang anak segera keluar agar biaya perawatan tidak bertambah sehari lagi.
- “Jumlah tagihan Rp.320.000 itu sudah dikurangi oleh pimpinan RSBY pak, tapi mereka tetap tak bisa bayar, adjadi terpaksa tunggu besok!” ujar si kasir.
- “Jadi kalau tunggu besok, biaya kamar tambah lagi dong mas?” Tanya saya.
- “Ya sudah pasti, itu yang bikin mereka bingung.” Jawab kasir.
Saya melongok saku kemeja dan menggenggam uang Rp.300.000 yang untuk membeli obat. Kala itu kehidupan kami sekeluarga sedang surut karena saya nekat jadi pengusaha dan menemui kegagalan dalam mengelolanya hingga jaminan kesehatan dan kenikmatan ketika jadi PNS saya lepaskan demi meraih cita-cita jadi pengusaha.
Rp.300.000 itu uang terakhir kami untuk membeli obat, sementara kebutuhan untuk menggaji pegawai dua hari lagi, belum tahu dapat dari mana. Saya hampiri kursi panjang didepan loket dan mencoba menyapa keduanya. Saya menawarkan untuk memberi uang Rp.200.000 dari Rp.300.000 yang saya punya.
- “Jangan pak..itu pasti untuk buat beli obat, nanti bapak tak bisa bayar obat!” sang suami menggeleng menolak.
Saya meyakinkan mereka bahwa saya hanya perlu menebus satu resep saja karena anak saya seusia dan bisa berbagi obat untuk sementara. Dengan tambahan uang itu mereka menuju kasir dan membayar jumlah tagihan yang harus mereka setorkan sore itu. Masih kurang Rp.20.000 namun kasir memberi kebijakan yang datang dari dirinya sendiri.
- “Kalau cuma Rp.20.000, saya bisa bantu kasih keringanan dengan uang saya sendiri!” ujar kasir yang baik itu.
Transaksi selesai dan suami istri itu mendapatkan surat lunas untuk membawa pulang si buah hati dari kamar perawatan. Sang suami mencium tangan saya yang segera saya tepis. Berkali-kali ucapan Terima kasih meluncur dari mulutnya.
- “Bapak kerja dimana?” Tanya saya.
- “Kerja sama tukang jahit pak, di Jagakarsa!” jawabnya.
- “Kasihan yang punya kios jahit pak, jahitannya mulai tak laku. Saya juga beberapa hari ini bingung tak dapat pemasukan, anak sakit diare... untung ada bapak, terima kasih pak semoga Allah membalasnya!”
Rupanya dia seorang penjahit yang bekerja pada tukang jahit. Bisa dibayangkan bagaimana beratnya tukang jahit jaman sekarang ditengah banjirnya produk tekstil jadi dari mana mana. Jangankan dia yang cuma pekerja di kios jahit, sedang majikannyapun juga terhempas dalam kondisi yang sama. Saya hanya sedikit mengingat wajahnya hingga dia dan istrinya pamit meninggalkan saya untuk mengambil anak mereka.
Sampai dirumah saya menceritakan pada istri tercinta bahwa obat hanya bisa dibeli separuh saja, karena ada orang lain yang lebih membutuhkannnya. Meski itu adalah uang terakhir yang dipegang namun dengan kebesaran hati dia mau menerimanya. Penderitaan mereka masih lebih buruk tak sebandng dengan kondisi bisnis kami yang masih bisa menghasilkan sedikit rejeki.
Lima tahun kemudian, ketika saya membelokan kendaraan dijalan yang sepi. Tiba-tiba sebuah palu godam seperti menghantam tengkuk saya, mobil yang tengah saya kendarai membanting ke kiri masuk keselokan kecil dan saya tak sadarkan diri.
Kelelahan yang amat sangat seharian membuat saya tak sadarkan diri ketika menyetir dan membawa saya dalam ketidak sadaran dipinggir jalan selama dua jam lebih tanpa ada yang menolong karena mereka mengira saya sedang parkir. Ketika sedikit sadar saya paksa melajukan mobil menuju satu titik terang dan kembali tak sadar diri didepan sebuah wartel.
Bau alkohol menyengat ketika seseorang berbaju putih mengoles sesuatu kehidung saya. Saya tergolek dan berusaha bangkit dari ruang UGD RS Cilandak, entah siapa yang membawa saya kesana. Seorang ibu setengah baya mengusap-usap kening saya dan membacakan beberapa doa dan disampingnya berdiri dua lelaki yang tampak khawatir.
- “Alhamduilillah bapak sudah sadar, tadi pingsan didepan wartel, saya ibu Hj.Homsah yang punya wartel, tadi kita bertiga bawa kesini naik taksi. Sebetulnya bisa bawa pakai mobil bapak, tapi tak ada yang bisa bawa mobil matik!” Ibu Hj.Homsah adalah penolong saya malam itu bersama dua lelaki disampingnya.
Dokter datang dan mereka menyingkir sementara, saya diberi beberapa obat untuk mengembalikan kondisi. Usai itu ketiga orang ini menghampiri saya kembali dan memastikan kondisi diri saya lalu memberikan kembali dompet saya berisi uang Rp.2 jt, HP dan kunci mobil yang mereka amankan ketika saya tidak sadarkan diri dikampung mereka.
- “Ini dompetnya, tadi dipakai untuk bayar taksi 100 ribu dan bayar administrasi RS 100 ribu, jadi habisnya 200 ribu. Mobil masih aman didepan wartel ibu, jadi tak usah khawatir. Yang penting istri dirumah sudah dihubungi dan akan menuju kesini!” ujar bu Hj.Homsah.
- “Masya Allah, sebegitu baik ibu Hajjah juga bapak-bapak bawa saya kesini, untung masih ada orang baik di Jakarta ini, kalau tidak, habislah semua uang dan mobil saya dan mungkin nyawa saya juga tak akan tertolong” saya mengucapkan beribu terima kasih pada mereka.
- “Ini Bang Udin dan Edi yang bawa bapak kesini!” kata bu Hj.Homsah. Saya gengam erat tangan Bang udin.
- “Bang Udin ini montir yamaha dibengkel depan wartel!” seru bu Hj.Homsah
Lalu saya menjulurkan tangan pada Pak Edi untuk mengucapkan terima kasih dalam kondisi yang lemah.
- “Terima kasih pak, sudah menyelamatkan saya, juga sudah bikin repot bapak sama bang Udin!” tukas saya.
- “Pak Edi ini Tukang Jahit disamping wartel, tadi dia masih menjahit baju dan dia yang duluan nolong dan teriak ke kami!” ujar bu hajjah.
- “Kebetulan saja. Saya kalau lihat orang sakit jadi ingat saya pernah ditolong orang di RSBY tapi saya tak pernah ingat orang itu karena sibuk ngurusin anak saya yang ditahan rumah sakit!” Pak Edi tersenyum.
Entah mengapa, saya menitikkan air mata. Lamat-lamat saya mengingat sedikit wajah Pak Edi ketika dulu wajah kurusnya yang kini berubah gemuk menangis diloket kasir. Saya menarik tangannya dan memeluknya erat mendekat ketempat tidur saya.
“Allah mengirim bapak untuk saya, terima kasih!” seru saya lirih. Ia tak mengerti apa arti seruan saya.
Pagi itu pukul tiga dini hari, Pak Edi menjadi sebuah Episode ‘Rahasia Ilahi’ yang menghampiri hidup saya.
Lima tahun lalu uang dua ratus ribu menyelamatkan urusannya di RSBY dan kini dia membalasnya dengan membawa saya ke RS Cilandak untuk menyelamatkan nyawa.
Ibu Hj.Homsah, Bang Udin dan Pak Edi, rutin saya kunjungi di Jagakarsa karena disana persaudaraan tercipta dari sebuah sedekah yang balasannya hanya ada pada hak Tuhan untuk menentukan kapan mengembalikannya.
Hingga kami saling kunjung sampai kini, tidak pernah saya ungkapkan bahwa sayalah orang di RSBY dulu.
Ini untuk melenyapkan sikap “Ria” dan membiarkan persaudaraan berjalan tanpa masing-masing membanggakan amal yang sudah diperbuatnya.
Cerita ini bukan bermaksud menyombongkan sedekah saya, namun bisa jadi pelajaran bahwa sebuah sedekah dalam sebuah kesempitan akan berubah menjadi sebuah balasan kebaikan yang dahsyat pada suatu saat episode hidup kita.
.
Dalam cerita rakyat Jepang ada sebuah rumah didalamnya terdapat 1000 cermin. Suatu hari ada seekor anjing kecil yang periang dan selalu berbahagia, dia melewati rumah itu dan memutuskan untuk masuk kedalamnya.
Dia berlari gembira menuju pintu rumah itu. Saat anjing periang itu masuk, ia terkejut bahwa didalam rumah itu terdapat banyak sekali anjing yang mirip ia dan menyambutnya dengan ekor yang bergoyang-goyang dan kuping yang terangkat pula
Anjing kecil itu tersenyum senang dan sekali lagi ia melihat semua "teman barunya" juga membalas senyumannya dengan senyum yang sama bersahabatnya dengan senyuman anjing tsb. Saat anjing kecil itu meninggalkan rumah tsb, dalam hati ia berkata "tempat yang sangat menyenangkan", ada banyak teman baru yang baik dan ramah, aku akan sering bermain ketempat itu"
Lalu suatu hari ada seekor anjing lain yang kurang bahagia dan pemarah. Anjing itu juga memutuskan untuk masuk kedalam rumah tsb, dengan perlahan dan waspada ia berjalan menuju pintu rumah tsb.
Saat anjing itu masuk kedalamnya ia terkejut dan waspada karena ia mendapati dirumah tsb ada banyak anjing yang tak bersahabat. Lalu anjing itu mencoba menggertaknya dengan mengeluarkan taringnya, namun lagi-lagi ia terkejut karena semua anjing itu melakukan hal yang sama. Dengan ketakutan anjing itu berlari keluar rumah dan berkata dalam hatinya "tempat yang menakutkan, aku tak akan pernah masuk lagi kerumah itu".
Makna cerita ini:
Apa yang kita lakukan terhadap orang-orang dilingkungan kita akan berdampak kembali kepada kita "berkali-kali lipat" dari yang kita berikan pada mereka. Kalau kita tersenyum pada dunia, maka duniapun tersenyum pada kita. Kalau kita suka mengkritik dunia maka duniapun suka mengkritik kita. Kalau kita suka memaki dunia maka dunia pun memaki kita.
Ingatlah bahwa SIKAP KITA adalah CERMIN dari BATIN KITA Bersikaplah positif, selalu ceria, bahagia, agar sikap positif kita bisa menarik aura positif kedalam kehidupan kita. Untuk kebaikan dirimu sendiri, mulailah hari- harimu dengan sikap positif, selalu tersenyum dan bahagia.
.
Tersenyum lebih gampang ketimbang cemberut karena otot yang dibutuhkan untuk gerakan senyum lebih sedikit ketimbang cemberut. Meski mudah dilakukan orang sulit sekali untuk tersenyum dan lebih sering menunjukkan ekspresi mengerutkan dahi atau cemberut.
Beberapa ahli menyatakan dibutuhkan 43 otot untuk cemberut dan hanya 17 otot untuk tersenyum.
Tersenyum bisa dilakukannya secara sadar ataupun tidak sadar yang dipandang sebagai suatu bentuk kebahagian dan keramahan. Sedangkan cemberut umumnya menunjukkan kesedihan atau ketidak ramahan
Terdapat 43 otot yang ada diwajah kita, sebagian besar otot ini dikendalikan oleh 7 saraf otak yang biasanya dikenal sebagai saraf wajah. Saraf-saraf ini keluar dari korteks cerebral dan muncul tepat didepan telinga.
Saraf ini terbagi menjadi lima cabang utama yaitu temporal, zygomatic, buccal, mandibular dan serviks. Cabang-cabang ini menjangkau daerah berbeda-beda dari otot wajah yang memungkinkan seseorang membuat berbagai ekspresi.
Selain hanya menggunakan sedikit otot, tersenyum juga dapat memberikan manfaat lebih untuk orang tersebut dan orang-orang disekitarnya seperti memberikan energi positif serta mengubah suasana hati menjadi lebih baik. Karena itu selalulah tersenyum.
.
Seorang ayah mengajak puterinya Asa 6 tahun mengendarai mobil menuju kesebuah museum. Sudah lama Asa menginginkannya. Si Ayah kebetulan hari itu mengambil cuti dan sengaja mengantar anaknya ketempat yang sudah lama diimpikan Asa itu tanpa didampingi Bundanya.
Selama dalam perjalanan, tak hentinya Asa bertanya kepada si Ayah,
"Ayah tahu tempatnya?" tanya Asa. "Tahu, jangan kuatir ...", jawab Ayah sembari tersenyum.
" Ayah tahu jalan-jalannya?" "Tahu, jangan kuatir ..."
"Benar, tidak kesasar Ayah?" "Benar, jangan kuatir ..." jawab Ayah tetap dengan sabar.
"Nanti kalau Asa haus, bagaimana?" "Tenang, nanti Ayah beli air mineral ..."
"Terus kalau lapar?" "Tenang, Ayah ajak mampir Asa kerestoran."
"Emang ayah tahu tempat restorannya?" "Tahu, sayang."
"Emang ayah bawa cukup uang?" "Cukup, sayang ..."
"Kalau Asa pengin ke kamar kecil?" "Ayah antar sampai depan pintu toilet wanita ..."
"Emang dimusium ada toiletnya?" "Ada, jangan kuatir ..."
"Ayah bawa tissue juga?" "Bawa, jangan kuatir ...", kata ayah sembari membelokkan mobilnya masuk jalan tikus, untuk menghindari macet.
"Kok Ayah belok kejalan jelek dan sempit begini?" "Ayah cari jalan yang lebih cepat, supaya Asa bisa menikmati museum lebih lama nanti."
Tidak berapa lama, Asa kemudian tidak bertanya-tanya lagi.
Giliran sang Ayah yang bingung, "Kenapa Asa diam, sayang?"
"Asa percaya Ayah deh! Ayah pasti akan antar dan bantu Asa nanti!"
Kita mirip Asa si anak kecil ini. Kita bertanya banyak hal mengenai apa yang kita hadapi dan terjadi dalam hidup kita. Terlalu banyak khawatir apa yang akan kita hadapi. Padahal sesungguhnya Tuhan sedang mengemudi buat kita semua.
.
Dua orang wanita memasuki toko pakaian dan ingin membeli baju. Ternyata pemilik toko lagi bad mood sehingga tidak melayani dengan baik, malah terkesan buruk, tidak sopan dengan muka cemberut. Wanita pertama jengkel menerima layanan yang buruk seperti itu... yang mengherankan, wanita kedua tetap enjoy bahkan bersikap sopan pada penjualnya.
Wanita pertama bertanya, “Mengapa anda bersikap demikian sopan pada penjual yang menyebalkan itu?”
Lantas dijawab “Kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Aku lah penentu atas hidupku, bukan orang lain.” "Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali" bantah wanita pertama. "Itu masalah dia. Kalau dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk dll, toh tidak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan menentukan hidup kita, padahal kita yang bertanggung jawab atas diri kita," kata wanita kedua.
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain. Kalau orang memperlakukan kita buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang buruk juga dan sebaliknya. Kalau orang tak sopan, kita akan lebih tak sopan lagi.
Kalau orang lain pelit pada kita, kita yang semula pemurah tiba² jadinya demikian pelit kalau harus berurusan dengan orang tsb. Ini berarti tindakan kita dipengaruhi oleh tindakan orang lain.Kalau direnungkan, sebenar nya betapa tidak arifnya tindakan kita, kenapa untuk berbuat baik saja, harus menunggu orang lain baik dulu?
Jagalah suasana hati kita sendiri, jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak!
Kita yang bertanggungjawab atas hidup kita, bukan orang lain...
Hidup anda terlalu berharga oleh karena itu: Nikmati Hidup anda..!
.
Sehabis mendaki gunung, saya harus kembali kekota. Mengingat jalan tol yang padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar disebuah rumah makan. Saat memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul didepan saya,
"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum.
"Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan" jawab saya ringkas.
Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.
"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya ketika menghampiri meja saya.
"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma disekitar restoran. Sampai disitu dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lewat dia tanya, "Tak mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak atau Ibu."
Pemilik restoran itupun tak melarang dia keluar masuk restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan dihati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.
Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi kearah Jip Jimny Sierra kesayangan saya yang saya parkir didepan rumah makan tsb. Anak itu saya lihat berada agak jauh dideretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri disisi Jip saya. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan kaca jendela. Membalas senyumannya.
"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kue saya untuk adik-adik, Istri atau anak abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.
Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya. "Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak.
Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya. Setelah mesin Jip saya hidupkan, saya memundurkan Jip saya. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua matanya. Saya terkejut, saya hentikan Jip saya, memanggil anak itu.
"Kenapa Bang, mau beli kue ?" tanyanya.
"Kenapa Adik berikan duit tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan untuk Adik!"
"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan kue masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis adalah kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar.
Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu.
Saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.
"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya.
Saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu tak dapat berkata-kata.
"Rp 25.000,- saja Bang...."
Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya kedalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-.
Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan mata saya yang berlinang air mata, ketegaran saya menghadapi hutan rimba, hujan dan badai, luluh seketika.
Dalam perjalanan, baru saya terpikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? .....
Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya?
Terus terang saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasar kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan.
Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu dan merasa diri saya kecil, lebih kecil dari anak itu. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.
.
Diruang sidang, Hakim duduk tercenung menyimak tuntutan Jaksa terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri 5 kg singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, cucunya lapar. Namun manajer PT Kertas tetap pada tuntutannya agar menjadi contoh bagi warga lainnya.
Hakim menghela nafas, dia memutus diluar tuntutan Jaksa.
Hakim berkata sambil memandang nenek itu,. "Maafkan saya, saya tidak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda 1juta rupiah dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan Jaksa"
Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam.
Hakim mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian memasukkan uang 1juta rupiah kedalam topi toganya serta berkata kepada hadirin : "Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir diruang sidang ini sebesar 50 ribu rupiah, sebab menetap dikota ini dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya, saudara Panitera tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa.”
Sesudah Palu diketuk dan Hakim meninggalkan ruang sidang, nenek itupun pergi dengan mengantongi uang 3,5juta rupiah termasuk uang 50 ribu yang dibayarkan oleh manajer PT Kertas yang tersipu malu karena telah menuntutnya.
.
Sun Tzu ahli strategi perang Tiongkok kuno menyebutkan dalam seni perang ada 9 posisi yaitu:
1. Posisi tenang, berada diwilayah sendiri tanpa bahaya karena itu jangan bertempur.
2. Posisi ringan, masuk wilayah pertempuran namun belum menusuk kedalam karena itu jangan lengah.
3. Posisi rebutan, berada diposisi kurang strategis karena itu jangan mendahului serangan.
4. Posisi terbuka, berhadap-hadapan dengan bahaya karena itu rapatkan barisan satu komando.
5. Posisi titik api, berada dalam bahaya empat penjuru karena itu carilah yang bisa jadi sekutu.
6. Posisi berat, berada dibelakang musuh karena itu seranglah.
7. Posisi sulit, banyak blokade karena itu segera cari yang aman.
8. Posisi terkepung diwilayah musuh, sulit untuk keluar karena itu gunakan senjata pamungkas.
9. Posisi maut, berada pada pilihan hidup mati karena itu harus berani mengambil risiko habis-habisan.
Filsafat Sun Tzu tidak hanya digunakan dalam pertempuran fisik. Namun bisa diterapkan dalam manajemen bisnis maupun dalam manajemen kehidupan pribadi sehari-hari.
1. kalau kehidupan sedang tenang, jangan cari masalah karena masalah akan selalu datang sendiri.
2. kalau diketahui ada masalah jangan dibiarkan berlarut-larut
3. kalau keadaan belum memungkinkan, bertahan saja dulu.
4. jika menghadapi situasi penuh bahaya jangan ragu mengambil keputusan dan lakukan koordinasi.
5. dikala banyak masalah jangan menambah masalah baru tapi carilah bantuan.
6. manakala ada peluang walaupun sulit, segera ambil dan manfaatkan sebaik mungkin.
7. apabila menemukan jalan buntu, segera berhenti dan cari jalan keluar.
8. disaat menghadapi seribu satu masalah gunakan akal sehat.
9. disaat tidak ada lagi pilihan, berusahalah mati-matian tanpa memikirkan apa risikonya
Seni perang Sun Tzu bisa digunakan untuk menata kehidupan sehari-hari agar selalu berada dalam kondisi bahagia dan tak terjerumus pada kehancuran. Kunci dari semua itu adalah kebijaksanaan berpikir dan bertindak.
.
Dalam buku Best sellernya berjudul "The Strength Of A Man"
Jacqueline M. Griffiths, psikolog modern dari Inggris menulis:
Kekuatan seorang pria bukan tercermin pada lebar bahunya tapi dalam lebar lengan yang merangkul keluarganya.
Kekuatan seorang pria bukan dalam keras suaranya tapi dalam kata-kata lembut yang diucapkannya.
Kekuatan seorang pria bukan dari banyaknya teman tapi berapa baik dia memperlakukan istri dan anaknya.
Kekuatan seorang pria bukan bagaimana dia dihormati ditempat kerja tapi bagaimana dia dihormati dirumahnya.
Kekuatan seorang pria bukan diukur dari keras pukulan tapi berapa lembut sentuhannya.
Kekuatan seorang pria bukan pada bidang dadanya tapi dari kelembutan hatinya yang terletak didalam dada.
Kekuatan seorang pria bukan dari banyaknya wanita yang dicintai tapi dalam kesetiaannya pada seorang wanita.
Kekuatan seorang pria bukan dari berapa kuat dia bisa mengangkat tapi berapa berat beban yang ditanggungnya.
Kekuatan seorang pria bukan hanya intelektualnya tapi kematangan emosi positifnya.
Para suami, tunjukkan kekuatan Anda dengan berkumpul dengan keluarga, menyayangi Anak dan istri Anda, memuliakan mereka dan membahagiakannya. Para istri, kirimkan ini kepada suami Anda dan dukung dia serta buatlah dia agar menjadi Pria yang kuat dalam keluarga Anda
.
Dengan adanya nyamuk, manusia berusaha mencari racun nyamuk..!
Dari yang alami berupa tumbuhan pengusir nyamuk sampai senyawa kimia pembunuh nyamuk.
Pabrik obat nyamuk pun berkembang pesat, dari obat nyamuk bakar sampai elektrik. Dari yang baunya kurang sedap sampai yang sangat sedap. Manusia terus mengembangkan obat nyamuk dan pestisida yang aman dan ramah lingkungan.
Manusia juga mencari obat dari penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Yang lebih manjur dan lebih aman. Temuan demi temuan telah dipublikasikan. Tak terhitung banyaknya manusia yang hidup dari nyamuk..!
Berapa banyak dokter dan paramedis yang hidup dari nyamuk. Berapa banyak ilmuwan yang bergantung hidupnya kepada nyamuk. Berapa banyak pabrik dan karyawannya yang bergantung kepada nyamuk.
Dan masih banyak lagi manusia yang bergantung hidupnya dari nyamuk.
Nyamuk telah mampu mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Nyamuk memberi manfaat yang amat besar bagi manusia.
Mari kita renungkan bersama:
Manfaat apa yang telah kita berikan kepada manusia lain?
Apakah kita sudah menolong sesama tanpa pamrih atau hanya sekedar mencari sesuap nasi?
Rasulullah saw bersabda: "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR.Thabrani)
.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu atau dibawah bayangan gelap masa lalu, selamatkan diri anda dari bayangan masa silam. Bencana besar bila kita rela mengabaikan masa depan dan sibuk memikirkan masa lalu. Ibarat mengabaikan istana indah dan sibuk meratapi puing-puing yang sudah lapuk.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat kebelakang karena sudah menjadi fitrah alam untuk bergerak kedepan. Angin selalu bertiup kedepan, air mengalir kedepan, setiap kafilah akan bergerak kedepan dan segala sesuatu bergerak kedepan.
Karena itu jangan sekali-kali melawan hukum alam yang terus bergerak kedepan. Anda harus melupakan masa lalu yang menyedihkan dan bergerak maju kedepan..!
.
Dunia penuh kenikmatan, banyak pilihan dan penuh warna. Semuanya itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Dan anda adalah bagian dari semuanya itu.
Anda tidak akan pernah menjumpai seorang ayah, suami, istri, anak, sahabat, tempat tinggal dan pekerjaan yang padanya tidak terdapat sesuatu yang menyulitkan anda. Seringkali pada setiap hal itu terdapat sesuatu yang buruk dan tidak anda sukai.
Oleh karena itu dinginkanlah panasnya keburukan pada setiap hal itu dengan kebaikan yang ada padanya, maka anda akan selamat dengan adil dan bijaksana. Setiap luka ada harganya..!
.
Bersyukurlah dalam setiap keadaan karena Nikmat ALLAH SWT tidak akan pernah putus.
* KITA SAKIT, Mungkin ALLAH ingin menggugurkan semua Dosa Kita.
* KITA SEHAT, Mungkin ALLAH ingin Kita untuk selalu beribadah.
* KITA MISKIN, Mungkin ALLAH ingin melihat Usaha dan Ikhtiar Kita.
* KITA KAYA, Mungkin ALLAH ingin melihat apakah Kita bisa Membantu Sesama.
* KITA SUSAH, Mungkin ALLAH ingin Kita jadi orang yg selalu Sabar.
* KITA SENANG, Mungkin ALLAH ingin Kita ucapkan ALHAMDULILLAH setiap mendapat Nikmat NYA.
* KITA MASIH SENDIRI, Mungkin ALLAH ingin melihat Kita banyak Silaturahmi dan Bersedekah.Selalu ada HIKMAH disetiap Tahapan kehidupan Kita, Bersyukurlah selalu dalam setiap Kesempatan.
Mungkin apa yang tampak sebagai MUSIBAH adalah NIKMAT ALLAH yang belum Kita pahami.
PASSWORDNYA ; SABAR, IHKLAS, SYUKUR, JUJUR dan TAQWA.
.
Suatu hari dikedai kopi saya ketemu seorang kawan lama...
Saya : Hai Jang apa khabar, udah lama kita nggak ketemu ya
Ujang: Baik. Itulah kita satu kota tapi sudah 1 tahun nggak ketemu
Saya : Kudengar kau sudah jadi Milyuner sekarang..!
Ujang: Aaah... itu kan cuma cerita kawan-kawan aja...
Sekarang ini aku malah lagi pusing nyari kerja, nggak ada yang cocok...
Saya : Kok bisa begitu? Kawan-kawan cerita tahun lalu kau dapat pesangon hampir 6 M
Ujang: Betul tapi sudah ku inveskan untuk membangun Tempat kos dekat kampus. Rencana semula cuma menghabiskan sekitar 5 M aja. Baru setengah jalan tiba-tiba harga besi dan bahan bangunan lainnya naik semua. Begitulah, sekarang aku berhutang di Bank sekitar 2 M yang harus diangsur selama 10 tahun. Hasil dari Tempat Kos tidak mencukupi, terpaksa nombok 10 juta tiap bulan. Itulah! maka aku terpaksa cari kerja lagi, tapi belum ada yang cocok.
Saya : Mengapa tidak kau Depositokan saja dan menikmati hari tua dengan tenang dan nyaman?
Ujang: Aku takut uang itu habis, nanti anak-anak ku mau makan apa?
Saya : Anak kau kan sudah sarjana... yang dua lagi udah hampi selesai pula..!?
Ujang: Aku kawatir mereka tidak bisa bersaing nyari kerja...
Saya : ???
Dalam hati saya berpikir... Apakah kita harus bekerja sampai mati untuk menjamin rezki anak-anak, sementara kita tidak bisa menjamin rezki untuk diri kita sendiri? Padahal rezki setiap makluk... dari semut sampai manusia telah dijamin oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
.
.