.
Nabi Ayyub berasal dari Romawi, beliau adalah Ayyub bin Mush bin Razah bin Al-‘Ish bin Ishaq bin Ibrahim Al-Khalil. Ibu Nabi Ayyub adalah puteri Nabi Luth as. Nama istri beliau adalah Rahmah binti Afraim bin Yusuf bin Ya’qub.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang sesudah nya dan Kami telah memberikan wahyu pada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Yaqub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS.4:163)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang sesudah nya dan Kami telah memberikan wahyu pada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Yaqub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS.4:163)
Nabi Ayyub sangat kaya, memiliki sapi, unta, kambing, kuda dan keledai dalam jumlah yang sangat banyak. Beliau juga memiliki tanah yang luas di negeri Batsniyyah yang termasuk daerah Huran.
Allah memberikan kepada beliau anak laki-laki dan perempuan. Ayyub sangat terkenal sebagai orang yang baik, bertakwa dan menyayangi orang miskin. Beliau memberi makan orang miskin, menyantuni janda, anak yatim, kaum dhuafa dan ibnu sabil. Beliau orang yang rajin bersyukur atas nikmat Allah dengan menunaikan hak Allah.
Nabi Ayyub diuji dengan penyakit yang menimpa badannya, mengalami musibah yang menimpa harta dan anaknya, semua pada sirna. Ia terkena penyakit kulit yaitu kusta. Yang selamat hanyalah hati dan lisan yang beliau gunakan untuk banyak berdzikir pada Allah sehingga dirinya terus terjaga.
Semua orang menjauh dari Nabi Ayyub sehingga ia mengasingkan diri disuatu tempat. Hanya istrinya saja yang mau menemani Ayyub atas perintahnya. Sampai istrinya merasa lelah dan mempekerjakan orang lain untuk mengurus suaminya.
Ketika setan menggodanya disaat beliau tertimpa musibah, Nabi Ayyub as menyatakan: “Segala puji bagi Allah. Dialah yang memberi, Dialah pula yang berhak mengambil” Nabi Ayyub juga menyebutkan bahwa dia tidak memiliki harta dan jiwa sama sekali.
Berapa lama Nabi Ayyub menjalani musibah?
Anas menyebutkan bahwa Nabi Ayyub mendapat musibah selama 18 tahun. Menurut Ka’ab, Ayyub mengalami musibah selama 7 tahun 7 bulan 7 hari.
Istrinya pernah berkata kepada Nabi Ayyub yang menderita sakit sangat lama: “Wahai Ayyub andai engkau mau berdoa pada Tuhanmu, tentu engkau akan diberikan jalan keluar.” Nabi Ayyub menjawab: “Aku telah diberi kesehatan selama 70 tahun. Sakit ini hanya sedikit derita yang Allah timpakan sampai aku bisa bersabar seperti masa sehatku yaitu 70 tahun.” Istri Nabi Ayyub karena tak sanggup lagi, lalu mempekerjakan orang lain untuk mengurus suaminya sampai memberi makan padanya.
Firman Allah, “Dan (ingatlah) Ayub ketika dia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah” (QS21:83-84)
Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengungkapkan bahwa keluarga dan hartanya kemudian kembali. Allah karuniakan lagi pada Nabi Ayyub keluarga dan harta yang banyak. Itu semua disebabkan kesabaran dan keridhaan beliau ketika menghadapi musibah. Inilah balasan yang disegerakan di dunia sebelum balasan di akhirat kelak.
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahi dia (mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami tambahkan kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat rumput, maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (pada Tuhannya).” (QS.38:41-44)
Allah memerintah Ayyub untuk beranjak dari tempatnya. Tiba-tiba air memancar serta memerintahkan Ayyub untuk mandi, sehingga hilanglah seluruh penyakit yang dideritanya. Dan Allah memerintahkan nya lagi untuk menghentakkan tanah yang lain dengan kakinya, maka muncul pula mata air lain, lalu Allah memerintahkannya minum air itu untuk seluruh penyakit dalam batinnya, sehingga sempurnalah kesehatan lahir dan batinnya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Disaat Ayyub mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba jatuhlah seekor belalang dari emas. Lalu Ayyub as mengantonginya dibajunya maka Allah berfirman, “Bukankah aku telah mencukupimu dari apa yang engkau lihat?” Ayyub as menjawab, “Betul, wahai Tuhanku. Akan tetapi aku tidak akan merasa cukup dari berkah-Mu.” (HR.Bukhari)
Dahulu Nabi Ayyub as pernah marah kepada istrinya dan bersumpah akan memukulnya bila dia sudah sembuh. Setelah sembuh, timbul dalam hatinya rasa hiba dan sayang kepada isterinya sehingga dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. Oleh karena itu turun perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 diatas, agar dia dapat memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya yaitu memukul nya dengan seikat rumput.
Pelajaran dari kisah Nabi Ayyub as:
01.Kaya bersyukur dan rajin sedekah, jadi miskin bersabar.
Rasulullah saw bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Tidak didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapat kesusahan maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR.Muslim)
02.Tidak sombong dengan kekayaan yang dimiliki, kekayaan itu ujian.
Dari Al Hasan Al Bashri, “Umar bin Khattab ra pernah menuliskan surat kepada Abu Musa Al Asy’ari: “Merasa cukuplah dengan rezeki dunia yang telah diberikan Allah kepadamu. Oleh karena Ar-Rahman mengaruniakan lebih kepada sebagian hamba dari lainnya dalam hal rezeki. Bahkan yang dilapangkan rezeki sebenarnya sedang diuji sebagaimana yang kurang dalam hal rezeki. Yang diberi kelapangan rezeki diuji bagaimanakah dia bisa bersyukur dan bagaimanakah dia bisa menunaikan kewajiban dari rezeki yang telah diberikan padanya.” (HR.Ibnu Abi Hatim)
03.Kekayaan itu titipan Allah.
Dengan memahami hal ini, maka ketika kenikmatan dunia itu diambil, kita tidak akan terlalu sedih. Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Ummu Sulaim (ibu Anas bin Malik) ketika berkata pada suaminya, Abu Thalhah. Saat itu puteranya sudah meninggal dunia, dia malah menghibur suaminya dimalam hari dengan memberi makan malam dan hubungan intim. Setelah suaminya benar-benar puas, dia berkata: “Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka kembali, apakah dilarang?” Abu Thalhah menjawab, “Tidak.” Ummu Sulaim, “Bersabarlah dan berusaha meraih pahala karena kematian puteramu.” (HR.Muslim)
04.Sakit dan ujian akan menghapus dosa.
Kita akan menahan diri dan sabar karena mengetahui keutamaan ini. Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah bersabda, “Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan dihapus kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang mukmin tertimpa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada masa depan), sedih (akan masa lalu), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pada duri yang menusuknya, itu semua akan menghapuskan dosa-dosanya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
05.Penyakit tidak menghalangi dari dzikir dan menjaga hati.
Nabi Ayyub terus berdzikir walau sedang dalam keadaan sakit. Dari Abdullah bin Busr, “Ada dua orang Arab Badui mendatangi Rasulullah saw, salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Yang satu lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkan kepadaku suatu amalan yang bisa aku bergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR.Ahmad)
06.Setiap orang diuji sesuai tingkatan iman.
Dari Mushab bin Sa’ad, bapaknya bertanya kepada Rasulullah saw, “Manusia manakah yang paling berat cobaannya?” Jawab Rasulullah saw, “Para Nabi lalu orang shalih dan orang yang semisal itu dan semisal itu berikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Jika imannya semakin kuat, maka cobaannya semakin bertambah. Jika imannya lemah, maka cobaannya tidaklah berat. Kalau seorang hamba terus mendapatkan musibah, nantinya dia akan berjalan dimuka bumi dalam keadaan tanpa dosa.” (HR.Ahmad)
07.Kuatkan sabar.
Dari Abdurrahman bin Saabith Al-Qurosyi, Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah, maka ingatlah musibah yang menimpa diriku. Musibah padaku tetap lebih berat dari musibah yang menimpa dirinya.” (HR.Abdurrozaq dan Thabrani)
08.Musibah yang menimpa, masih sangat sedikit dari nikmat yang diberi Allah.
Nabi Ayyub berkata pada istrinya, “Aku telah diberi kesehatan selama 70 tahun. Sakit ini masih derita yang sedikit yang Allah timpakan sampai aku bisa bersabar seperti masa sehatku yaitu 70 tahun.”
09.Setan bisa saja mencelakai badan, harta dan keluarga seperti yang disebutkan dalam kisah Nabi Ayyub as, “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (QS.38:41)
10.Lepasnya musibah dengan doa.
Itulah yang terjadi pada Nabi Ayyub, ia memohon pada Allah untuk diangkat musibah yang menimpa dirinya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” (QS.21:83). “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (QS.38:41)
11.Kalau ingin mengadukan hajat dan kesusahan, adukanlah pada Allah. “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS.70:5). Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa sabar yang baik yang dimaksud adalah sabar tanpa merasa putus harapan dan tanpa mengeluhkan kepada selain Allah.
12.Menyanjung Allah dalam doa dan bertawassul dengan asmaaul husna.
Doa Nabi Ayyub as menunjukkan bahwa dia meminta kepada Allah karena sangat butuh.
04.Sakit dan ujian akan menghapus dosa.
Kita akan menahan diri dan sabar karena mengetahui keutamaan ini. Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah bersabda, “Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan dihapus kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang mukmin tertimpa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada masa depan), sedih (akan masa lalu), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pada duri yang menusuknya, itu semua akan menghapuskan dosa-dosanya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
05.Penyakit tidak menghalangi dari dzikir dan menjaga hati.
Nabi Ayyub terus berdzikir walau sedang dalam keadaan sakit. Dari Abdullah bin Busr, “Ada dua orang Arab Badui mendatangi Rasulullah saw, salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Yang satu lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkan kepadaku suatu amalan yang bisa aku bergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR.Ahmad)
06.Setiap orang diuji sesuai tingkatan iman.
Dari Mushab bin Sa’ad, bapaknya bertanya kepada Rasulullah saw, “Manusia manakah yang paling berat cobaannya?” Jawab Rasulullah saw, “Para Nabi lalu orang shalih dan orang yang semisal itu dan semisal itu berikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Jika imannya semakin kuat, maka cobaannya semakin bertambah. Jika imannya lemah, maka cobaannya tidaklah berat. Kalau seorang hamba terus mendapatkan musibah, nantinya dia akan berjalan dimuka bumi dalam keadaan tanpa dosa.” (HR.Ahmad)
07.Kuatkan sabar.
Dari Abdurrahman bin Saabith Al-Qurosyi, Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah, maka ingatlah musibah yang menimpa diriku. Musibah padaku tetap lebih berat dari musibah yang menimpa dirinya.” (HR.Abdurrozaq dan Thabrani)
08.Musibah yang menimpa, masih sangat sedikit dari nikmat yang diberi Allah.
Nabi Ayyub berkata pada istrinya, “Aku telah diberi kesehatan selama 70 tahun. Sakit ini masih derita yang sedikit yang Allah timpakan sampai aku bisa bersabar seperti masa sehatku yaitu 70 tahun.”
09.Setan bisa saja mencelakai badan, harta dan keluarga seperti yang disebutkan dalam kisah Nabi Ayyub as, “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (QS.38:41)
10.Lepasnya musibah dengan doa.
Itulah yang terjadi pada Nabi Ayyub, ia memohon pada Allah untuk diangkat musibah yang menimpa dirinya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” (QS.21:83). “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (QS.38:41)
11.Kalau ingin mengadukan hajat dan kesusahan, adukanlah pada Allah. “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS.70:5). Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa sabar yang baik yang dimaksud adalah sabar tanpa merasa putus harapan dan tanpa mengeluhkan kepada selain Allah.
12.Menyanjung Allah dalam doa dan bertawassul dengan asmaaul husna.
Doa Nabi Ayyub as menunjukkan bahwa dia meminta kepada Allah karena sangat butuh.
“Hanya milik Allah asmaaul husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut asmaa-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.7:180)
Ketika berdoa, menyesuaikan asmaul husna dengan permintaan. Misalnya, “Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, “Ya Allah yang Maha Menerima Taubat, terimalah taubatku”
13.Taat dan mengabdi pada suami adalah jalan menuju surga.
Sebagian istri tidak tahan dalam hal ini, bahkan membangkang ketika suaminya sehat ataupun sakit, padahal taat dan mengabdi pada suami adalah jalan menuju surga.
Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah saw bersabda, “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari zina) dan benar-benar taat kepada suaminya, maka dikatakan kepada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR.Ahmad dan Ibnu Hibban)
Al-Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Rasulullah saw karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana sikap engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah saw. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah saw bersabda, “Lihatlah dimana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
14.Nazar wajib dipenuhi sebagaimana sumpah.
Allah Ta’ala memuji orang-orang yang menunaikan nazarnya, “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, yaitu mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata dimana-mana.” (QS.76:5-7)
Dari Aisyah ra, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya. ” (HR.Bukhari)
15.Selalu ada jalan keluar bagi orang yang bertakwa.
Kala Nabi Ayyub berat menjalankan nazar, Allah Ta’ala memberikan jalan keluar dengan diberikan keringanan karena saat itu belum ada syariat penunaian kafarah (tebusan untuk nazar).
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.65:2-3)
16.Siapa yang tidak kuat menjalani hukuman hadd karena dalam keadaan lemah, maka hukuman tersebut tetap ditunaikan. Karena tujuannya agar pelanggaran tersebut tidak dilakukan lagi. Hukuman tersebut tujuannya bukan untuk menghancurkan atau membinasakan.
17.Bersabar ketika kehilangan harta, keluarga dan anak, akan mendapat ganti yang lebih baik. Yang diucapkan ketika mendapatkan musibah adalah: “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rooji’un. Allahumma’Jurnii Fii Mushibatii Wa Akhlif Lii Khoiron Minhaa.
Ummu Salamah (istri Nabi saw) berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rooji’un. Allahumma’Jurnii Fii Mushibatii Wa Akhlif Lii Khoiron Minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut doa sebagaimana yang Rasulullah saw perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah saw.” (HR.Muslim)
18.Bukti sabar, mengucapkan alhamdulillah ketika mendapat musibah.
Yang dicontohkan oleh Nabi Ayyub as ketika mendapatkan musibah, beliau mengucapkan, “Segala puji bagi Allah. Dialah yang memberi, Dialah pula yang berhak mengambil.”
Tingkatan orang menghadapi musibah ada empat yaitu: (1) lemah, yaitu banyak mengeluh pada makhluk, (2) sabar, hukumnya wajib, (3) ridha, tingkatannya lebih daripada sabar, (4) bersyukur, ketika menganggap musibah itu suatu nikmat.
19.Kisah Nabi Ayyub as adalah sebagai pelajaran dan beliau bisa dijadikan teladan. Allah memberikan kita ujian dan musibah, bukan berarti Allah ingin menghinakan kita. Nabi Ayyub bisa dicontoh dalam hal sabar menghadapi takdir Allah yang menyakitkan. Allah menguji siapa saja yang Allah kehendaki dan semua itu ada hikmah-Nya.
20.Nabi Ayyub adalah orang penyabar, ia bersabar ikhlas karena Allah. Beliau juga adalah hamba yang baik dalam hal ‘ubudiyah (peribadahan). Ini terlihat dari keadaan beliau ketika lapang dan ketika berada dalam keadaan susah. Beliau juga adalah orang yang benar-benar kembali pada Allah, beliau pasrahkan urusan dunia dan akhiratnya, beliau juga adalah orang yang rajin berdzikir dan berdoa, serta punya rasa cinta yang besar pada Allah.
Karenanya Allah memuji Nabi Ayyub as, “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada Tuhan-nya.” (QS.38:44)
Semoga jadi pelajaran berharga bagi kita semua.
Ketika berdoa, menyesuaikan asmaul husna dengan permintaan. Misalnya, “Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, “Ya Allah yang Maha Menerima Taubat, terimalah taubatku”
13.Taat dan mengabdi pada suami adalah jalan menuju surga.
Sebagian istri tidak tahan dalam hal ini, bahkan membangkang ketika suaminya sehat ataupun sakit, padahal taat dan mengabdi pada suami adalah jalan menuju surga.
Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah saw bersabda, “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari zina) dan benar-benar taat kepada suaminya, maka dikatakan kepada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR.Ahmad dan Ibnu Hibban)
Al-Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Rasulullah saw karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana sikap engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah saw. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah saw bersabda, “Lihatlah dimana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
14.Nazar wajib dipenuhi sebagaimana sumpah.
Allah Ta’ala memuji orang-orang yang menunaikan nazarnya, “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, yaitu mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata dimana-mana.” (QS.76:5-7)
Dari Aisyah ra, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya. ” (HR.Bukhari)
15.Selalu ada jalan keluar bagi orang yang bertakwa.
Kala Nabi Ayyub berat menjalankan nazar, Allah Ta’ala memberikan jalan keluar dengan diberikan keringanan karena saat itu belum ada syariat penunaian kafarah (tebusan untuk nazar).
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.65:2-3)
16.Siapa yang tidak kuat menjalani hukuman hadd karena dalam keadaan lemah, maka hukuman tersebut tetap ditunaikan. Karena tujuannya agar pelanggaran tersebut tidak dilakukan lagi. Hukuman tersebut tujuannya bukan untuk menghancurkan atau membinasakan.
17.Bersabar ketika kehilangan harta, keluarga dan anak, akan mendapat ganti yang lebih baik. Yang diucapkan ketika mendapatkan musibah adalah: “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rooji’un. Allahumma’Jurnii Fii Mushibatii Wa Akhlif Lii Khoiron Minhaa.
Ummu Salamah (istri Nabi saw) berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rooji’un. Allahumma’Jurnii Fii Mushibatii Wa Akhlif Lii Khoiron Minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut doa sebagaimana yang Rasulullah saw perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah saw.” (HR.Muslim)
18.Bukti sabar, mengucapkan alhamdulillah ketika mendapat musibah.
Yang dicontohkan oleh Nabi Ayyub as ketika mendapatkan musibah, beliau mengucapkan, “Segala puji bagi Allah. Dialah yang memberi, Dialah pula yang berhak mengambil.”
Tingkatan orang menghadapi musibah ada empat yaitu: (1) lemah, yaitu banyak mengeluh pada makhluk, (2) sabar, hukumnya wajib, (3) ridha, tingkatannya lebih daripada sabar, (4) bersyukur, ketika menganggap musibah itu suatu nikmat.
19.Kisah Nabi Ayyub as adalah sebagai pelajaran dan beliau bisa dijadikan teladan. Allah memberikan kita ujian dan musibah, bukan berarti Allah ingin menghinakan kita. Nabi Ayyub bisa dicontoh dalam hal sabar menghadapi takdir Allah yang menyakitkan. Allah menguji siapa saja yang Allah kehendaki dan semua itu ada hikmah-Nya.
20.Nabi Ayyub adalah orang penyabar, ia bersabar ikhlas karena Allah. Beliau juga adalah hamba yang baik dalam hal ‘ubudiyah (peribadahan). Ini terlihat dari keadaan beliau ketika lapang dan ketika berada dalam keadaan susah. Beliau juga adalah orang yang benar-benar kembali pada Allah, beliau pasrahkan urusan dunia dan akhiratnya, beliau juga adalah orang yang rajin berdzikir dan berdoa, serta punya rasa cinta yang besar pada Allah.
Karenanya Allah memuji Nabi Ayyub as, “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada Tuhan-nya.” (QS.38:44)
Semoga jadi pelajaran berharga bagi kita semua.
Sumber: Muhammad Abduh Tuasikal MSc (rumaysho.com)
.
Keampuhan Shalawat
.
Keampuhan Shalawat