.
Allah menciptakan manusia agar mereka selalu mengingat-Nya dan Dia memberi rezeki pada setiap makhluk ciptaan-Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Tetapi banyak manusia yang mengingkarinya, tabiat untuk mengingkari dan meremehkan suatu nikmat adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia.
"Dan mereka (orang-orang munafik) tidak mencela Allah dan Rasul-Nya kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka" (QS.9:74)
"Dan mereka (orang-orang munafik) tidak mencela Allah dan Rasul-Nya kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka" (QS.9:74)
Oleh karena itu, siapa saja yang kebaikannya dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrahnya, sudah seharusnya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan hanya mengharapkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis.
Berbuat baiklah dengan ketulusan hati hanya demi Allah semata, tanpa mengharapkan ucapan terima kasih maka Anda tidak akan pernah terusik oleh perangai mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang disekitar Anda berbuat jahat.
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih." (QS.76:9)
Dari Abdullah bin Umar Khathab, Rasulullah saw bersabda: "Ada tiga orang dari golongan sebelummu berpergian bersama sehingga terpaksa menempati sebuah gua untuk bermalam, kemudian merekapun memasukinya. Tiba-tiba jatuh sebuah batu besar dari gunung dan menutup pintu gua itu. Merekapun berkata bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkanmu dari batu besar ini melainkan jika kamu semua berdoa kepada Allah Ta'ala dengan menyebutkan perbuatanmu yang baik-baik.
Seorang dari mereka berkata : "Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari amat jauhlah saya mencari daun-daunan untuk makanan ternak. Saya belum bisa pulang pada keduanya sampai mereka tertidur. Selanjutnya saya memerahkan minuman untuk keduanya dan keduanya saya temui telah tertidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka atau memberi minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik kepada keluarga atau hamba sahaya. Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangunnya mereka itu terus-menerus dan gelas itu tetap pula ditangan saya, sehingga fajar menyingsing. Anak-anak kecil menangis karena kelaparan dan mereka berada dekat kedua kaki saya. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan keredhaan-Mu, lapangkanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutup ini." Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit tetapi mereka belum bisa keluar dari gua.
Yang lain berkata:"Ya Allah sesungguhnya saya mempunyai seorang sepupu wanita yang merupakan orang tercinta bagiku dari sekalian manusia, kemudian saya menginginkan dirinya tetapi ia menolak kehendakku itu, hingga pada suatu hari ia memperoleh kesukaran. Iapun mendatangi tempatku, lalu saya memberikan seratus dua puluh dinar padanya dengan syarat ia mau menyendiri antara tubuhnya dan tubuhku (disetubuhi). Ia berjanji sedemikian itu. Setelah saya dapat menguasai dirinya (duduk di antara kedua kakinya) sepupuku itu lalu berkata: "Takutlah engkau pada Allah dan jangan membuka cincin (jangan melenyapkan kegadisan) melainkan dengan haknya (pernikahan yang sah)", lalu saya pun meninggalkannya sedangkan ia adalah yang amat tercinta bagiku dari seluruh manusia dan emas yang saya berikan itu saya biarkan dimilikinya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian dengan niat untuk mengharapkan keredhaan-Mu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kami hadapi ini." Batu besar itu membuka lagi, tetapi mereka masih belum bisa keluar dari dalam gua.
Orang ketiga berkata : "Ya Allah, saya mengupah beberapa buruh dan semuanya telah saya berikan upahnya kecuali seorang lelaki. Ia meninggalkan upahnya dan terus pergi. Upahnya itu kemudian saya kembangkan sehingga bertambah banyaklah hartanya. Sesudah beberapa waktu, ia mendatangi saya kemudian berkata: Hai hamba Allah, tunaikanlah sekarang upahku yang dulu itu. Saya berkata: Semua yang engkau lihat ini berasal dari upahmu, baik yang berupa unta, sapi, kambing dan hamba sahaya. Ia berkata: Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokkan aku. Saya menjawab: Saya tidak memperolok-olokkan engkau. Kemudian orang itu pun mengambil segala miliknya. Semua digiring dan tidak seekorpun yang ditinggalkan. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian ini dengan niat mengharapkan keredhaan-Mu, maka lapangkanlah kami dari kesukaran yang sedang kami hadapi ini." Batu besar itu lalu membuka lagi dan mereka pun keluar dari gua itu. (Muttafaq 'alaih)
.
Cara Mengatasi Stres
Keampuhan Shalawat
Hasilkan Jutaan Rupiah dari rumah!
.