.
Cinta dunia diawali persepsi bahwa dunia adalah tujuan akhir kehidupan. Jabatan, kedudukan dan harta dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk meraih keridhaan Allah. Dunia adalah amanah Allah dan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Ta'ala. Semakin tinggi jabatan, kedudukan dan semakin banyak nikmat yang diterima seseorang didunia maka semakin berat tanggung jawabnya diakhirat. Karena itu janganlah siang malam sibuk mengejar dunia demi tujuan kepuasan dunia semata.
Firman Allah Swt: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS.28:77)
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan selalu ada dihadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan harta benda duniawi itu melebihi dari apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan ada dalam hatinya dan harta benda duniawi akan datang padanya dalam keadaan rendah.“ (HR.Ibnu Majah dan Ahmad)
Menurut Imam Al-Ghazali, Gemerlap dunia seringkali membuat seseorang tersesat sehingga lupa pada tujuan hidup sebagai musafir menuju alam akhirat. Cinta dunia adalah sesuatu yang amat berbahaya. Rasulullah saw bersabda : “Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba dan akhir nya kalian hancur sebagaimana mereka hancur” (HR.Muslim dan Bukhari)
Allah Swt berfirman, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta membanggakan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan menumbuhkan tanam-tanaman yang mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu jadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS.57:20)
Cinta dunia akan mendatangkan berbagai penyakit hati sehingga menjadi sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan diri sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin cinta pada dunia, akan makin serakah. Bahkan bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk dirinya.
Firman Allah: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka didunia dengan sempurna dan mereka didunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh diakhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan didunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS.11:15-16).
Dari Abu Barzah, Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara: Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya darimana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya apa yang diamalkannya” (HR.Tirmidzi).
Kebahagiaan didunia ini dan akhirat hanyalah bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, Rasulullah saw bersabda: “Sungguh sangat beruntung seseorang yang masuk Islam kemudian dia mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat Qana’ah (merasa cukup) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya” (HR.Muslim). Orang yang Qana’ah selalu giat bekerja dan berusaha namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkannya, ia akan tetap ikhlas menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah Swt. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.
Dunia ini sangat menggoda dan mempesona dan kesuksesan seseorang memang diukur dari status sosial dimasyarakat. Jadikanlah dunia sebagai ladang akhirat, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti. Ingatlah selalu bahwa kita akan mati dan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini. Semua orang tentu takut mati, apalagi bila kita yakin bekal kita masih kurang untuk menghadapinya. Ada rasa takut akan kematian yang tercela dan tidak tercela. Yang tercela bila rasa takut tersebut didasari akan cinta yang berlebihan pada dunia sehingga melupakan akhirat.
Dari Aisyah ra, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang suka berjumpa dengan Allah, maka Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, maka Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Aisyah berkata : “Apakah yang dimaksud benci akan kematian, wahai Nabi Allah? Tentu kami semua takut akan kematian.” Rasulullah saw bersabda, “Bukan begitu maksudnya. Seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhoan serta surga-Nya, ia suka bertemu Allah, maka Allah pun suka berjumpa dengan-Nya. Sedangkan orang kafir jika diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia pun khawatir berjumpa dengan Allah, lantas Allah pun tidak suka berjumpa dengan-Nya” (HR.Muslim).
Dari Tsauban ra, Rasulullah saw bersabda, “Hampir tiba saatnya para umat (kafir) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring.” Kemudian seseorang berkata,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah saw berkata, ”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, ”Apa itu wahn?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati” (HR.Abu Daud dan Ahmad).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan yaitu kematian.” (HR.An Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah dan Ahmad).
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah saw, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik? Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” Lalu mukmin manakah yang paling cerdas? Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas” (HR.Ibnu Majah).
Cara Mengatasi Stres
Keampuhan Shalawat
Hasilkan Jutaan Rupiah dari rumah!
.