.
Percaya kepada Qadha dan Qadar yaitu rukun iman yang ke 6, hukumnya wajib dipercayai, diyakini dan diamalkan. Namun hal ini mendatangkan dua kesan yang saling kontradiktif apabila seseorang tidak memahami dengan betul akan makna Takdir Allah.
Kedua kesan ini adalah:
1.Ummat Islam tak akan pernah merasakan stress dalam hidup. Hidupnya senantiasa dalam keadaan nyaman dan tenteram, serta terhindar dari sifat mazmumah seperti iri hati dan dengki. Meskipun dia hidup dalam suasana
1.Ummat Islam tak akan pernah merasakan stress dalam hidup. Hidupnya senantiasa dalam keadaan nyaman dan tenteram, serta terhindar dari sifat mazmumah seperti iri hati dan dengki. Meskipun dia hidup dalam suasana
persaingan, maka dia akan menjalani persaingan dengan cara yang sehat, sebab dalam hatinya segala yang menimpa dirinya, baik ataupun buruk, tetap akan diserahkan kepada Allah. Ini adalah kesan yang positif dari pada qadha dan qadar.
2.Seseorang boleh saja dengan alasan Takdir, dia akan mengatakan tidak usah berusaha bersusah payah, semuanya sudah ditentukan oleh Allah yang Maha Kuasa. Tidak perlu belajar dan tidak perlu bekerja keras. Ini tentunya kesan negatif pada diri seorang mu’min, kemungkinan inilah yang membuat Rasulullah melarang para sahabat untuk mendalami masalah Takdir, beliau berkata: “Jika sahabatku menyebut perkara Takdir maka hentikanlah mereka (membahas Takdir)”
Ada dua hal yang perlu kita bicarakan mengenai Takdir Allah, yaitu:
1.Takdir merupakan rahasia Allah.
Tidak satupun manusia didunia ini yang mampu mengetahui kematiannya, dimana akan mati, tatkala mati dalam keadaan apa ? Apakah kematiannya disebabkan oleh karena sakit, kecelakaan atau mati biasa. Begitu juga rezeki yang diperoleh, berapa banyak jumlahnya ? Bahkan Rasulullah Saw tidak sanggup untuk menembus hal-hal ghaib tersebut termasuk Takdir Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an: Katakanlah: ”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku. Katakanlah: ”Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya”.[QS.6:50]
Kerahasiaan ini ditegaskan dalam firman Allah:“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan dilautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [QS.6:59]
Dalam masalah kematian, Allah telah menegaskan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.31:34)
2.Perubahan Takdir.
Kok Takdir boleh berubah? Bukankah didalam riwayat penciptaan manusia, bahwa ketika masih dalam rahim ibu, ketika usia kehamilan telah mencapai umur 120 hari, maka Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk menulis catatan. Diantaranya adalah mengenai kematian, rezeki dan kehidupan baik dan buruk. Bukankah ini Takdir Allah yang sudah ditetapkan dan akan dibawa dalam kehidupan seseorang sesuai dengan ketentuan tersebut?
2.Seseorang boleh saja dengan alasan Takdir, dia akan mengatakan tidak usah berusaha bersusah payah, semuanya sudah ditentukan oleh Allah yang Maha Kuasa. Tidak perlu belajar dan tidak perlu bekerja keras. Ini tentunya kesan negatif pada diri seorang mu’min, kemungkinan inilah yang membuat Rasulullah melarang para sahabat untuk mendalami masalah Takdir, beliau berkata: “Jika sahabatku menyebut perkara Takdir maka hentikanlah mereka (membahas Takdir)”
Ada dua hal yang perlu kita bicarakan mengenai Takdir Allah, yaitu:
1.Takdir merupakan rahasia Allah.
Tidak satupun manusia didunia ini yang mampu mengetahui kematiannya, dimana akan mati, tatkala mati dalam keadaan apa ? Apakah kematiannya disebabkan oleh karena sakit, kecelakaan atau mati biasa. Begitu juga rezeki yang diperoleh, berapa banyak jumlahnya ? Bahkan Rasulullah Saw tidak sanggup untuk menembus hal-hal ghaib tersebut termasuk Takdir Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an: Katakanlah: ”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku. Katakanlah: ”Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya”.[QS.6:50]
Kerahasiaan ini ditegaskan dalam firman Allah:“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan dilautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [QS.6:59]
Dalam masalah kematian, Allah telah menegaskan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.31:34)
2.Perubahan Takdir.
Kok Takdir boleh berubah? Bukankah didalam riwayat penciptaan manusia, bahwa ketika masih dalam rahim ibu, ketika usia kehamilan telah mencapai umur 120 hari, maka Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk menulis catatan. Diantaranya adalah mengenai kematian, rezeki dan kehidupan baik dan buruk. Bukankah ini Takdir Allah yang sudah ditetapkan dan akan dibawa dalam kehidupan seseorang sesuai dengan ketentuan tersebut?
Sebaiknya dipahami definisi dari Qadha dan Qadar. Qadha bermaksud pelaksanaan, hasil, realisasi. Adapun qadar bermaksud takaran. Namun dalam bahasa melayu kedua-duanya digabungkan menjadi satu yaitu dengan istilah Takdir. Kemudian Takdir tersebut terbagi kepada dua bagian yaitu: Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq.
1.Qadha Mubram: ketentuan Allah Swt yang pasti berlaku. Semua manusia akan menghadapinya, mau atau tidak mau, senang ataupun tidak, setiap orang pasti akan menjumpainya, sebab hal tersebut tidak bisa dihalangi oleh apapun. Contohnya kematian. Firman Allah: “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS.21:35).
Allah telah tegaskan jenis Qadha Mubram ini: “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS.13:11). Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Tuhanku berkata padaku: Wahai Muhammad! Sesungguhnya apabila Aku sudah menentukan sesuatu maka tiada seorangpun yang sanggup menolaknya”. (HR.Muslim)
2.Qadha Mu’allaq: Adalah Takdir bersyarat, artinya ketentuan tersebut bisa terjadi dan bisa juga tidak terjadi pada diri seseorang, bahkan tergantung pada usaha manusia itu sendiri, Qadha ini yang telah disampaikan oleh Allah kepada Malaikat dan disimpannya, jenis Qadha ini telah ditegaskan oleh Allah ta’ala: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.13:11). Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa seseorang mampu merubah nasib dengan usaha sendiri dan izin Allah Swt. Karena itu agama memberikan dua syarat utama untuk merubah Takdir, yaitu dengan memperbanyak doa dan menyambung silaturrahim.
Dari Salman Al-Farisi ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada yang mampu menolak Takdir kecuali doa" [HR.At-Tirmidzi]. Oleh karena itu, doa dalam Islam sangat penting dan Allah menjanjikan akan menerima doa seorang mukmin yang betul-betul mengharap diterima doanya. “Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS.40:60).
Doa disyariatkan dalam Islam untuk merubah nasib, sebab apa gunanya seseorang berdoa kalau dia tidak mengharapkan perubahan dari Allah. Baik perubahan umur dengan dipanjangkan umurnya atau mengharap rezeki dengan meminta ditambah rezekinya.
Pada suatu hari malaikat Izrail memberi kabar kepada Nabi Daud bahwa si Fulan minggu depan akan dicabut nyawanya. Namun ternyata setelah sampai satu minggu si Fulan belum juga mati sehingga Nabi Daud bertanya, mengapa si Fulan belum mati juga, padahal engkau katakan minggu lalu bahwa minggu depan kamu akan mencabut nyawanya.
Jawab Izrail, “Ya betul saya berjanji akan mencabut nyawanya tapi ketika sampai masa pencabutan nyawa, Allah memberi perintah kepadaku untuk menangguhkannya dan membiarkan dia hidup lagi untuk 20 tahun mendatang." Nabi Daud bertanya, mengapa demikian? Jawab Izrail: "orang itu sangat aktif menyambung silaturrahim sesama saudaranya. Karena itu Allah memberikan tambahan umur selama 20 tahun kepadanya."
Sebagai kesimpulan, semua peristiwa, kejadian dan keadaan yang telah dan yang akan kita hadapi, semuanya dalam pengetahuan dan pengamatan serta kekuasaan Allah, yang tidak terbelenggu, tidak diikat dan tidak dibatasi oleh masa. Takdir ada yang boleh berubah dan ada yang tidak akan berubah, yang boleh berubah dikenal dengan istilah Qadha Mu’allaq yaitu Takdir bersyarat, sementara Takdir yang tidak akan berubah dinamakan sebagai Qadha Mubram yaitu Takdir yang pasti berlaku pada diri seseorang.
Adapun langkah untuk merubah Takdir mu’allaq adalah sebagai berikut:
1.Berusaha melakukan aksi terhadap apasaja yang diinginkan terjadi perubahan atasnya.
2.Berdo’a dan berharap kepada Allah terhadap maksud yang ingin "dikabulkan Allah"
3.Tawakkal yaitu menunggu keputusan, hasil daripada usaha dan doa.
Setelah hal diatas dilakukan maka kita tinggal menunggu ketentuan Allah yang disebut Takdir. Untuk menambah keyakinan kita terhadap perubahan Takdir mu’allaq, ada baiknya kita renungi ayat dibawah ini: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan disisi-Nya lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)” (QS.13:39).
Sebagai kesimpulan, semua peristiwa, kejadian dan keadaan yang telah dan yang akan kita hadapi, semuanya dalam pengetahuan dan pengamatan serta kekuasaan Allah, yang tidak terbelenggu, tidak diikat dan tidak dibatasi oleh masa. Takdir ada yang boleh berubah dan ada yang tidak akan berubah, yang boleh berubah dikenal dengan istilah Qadha Mu’allaq yaitu Takdir bersyarat, sementara Takdir yang tidak akan berubah dinamakan sebagai Qadha Mubram yaitu Takdir yang pasti berlaku pada diri seseorang.
Adapun langkah untuk merubah Takdir mu’allaq adalah sebagai berikut:
1.Berusaha melakukan aksi terhadap apasaja yang diinginkan terjadi perubahan atasnya.
2.Berdo’a dan berharap kepada Allah terhadap maksud yang ingin "dikabulkan Allah"
3.Tawakkal yaitu menunggu keputusan, hasil daripada usaha dan doa.
Setelah hal diatas dilakukan maka kita tinggal menunggu ketentuan Allah yang disebut Takdir. Untuk menambah keyakinan kita terhadap perubahan Takdir mu’allaq, ada baiknya kita renungi ayat dibawah ini: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan disisi-Nya lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)” (QS.13:39).
Seandainya Kerja Keras bisa Merubah Takdir, Tidak Ada Orang Miskin didunia ini.
Hanya Doa yang Dikabulkan Allah yang bisa Merubah Takdir..!