Friday, May 25, 2018

Ummat Islam Akhir Zaman

.
Sabda Rasulullah saw, “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih yg mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanam dlm hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Rasulullah saw bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR.Abu Dawud)

Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita tarik dari hadits ini:
Pertama, Rasulullah saw memprediksi bahwa akan tiba suatu masa dimana orang-orang beriman akan menjadi sekumpulan manusia yang menjadi rebutan ummat lainnya. Mereka akan mengalami keadaan yang sangat memprihatinkan sehingga diumpamakan seperti satu porsi makanan yang diperebutkan oleh sekumpulan pemangsa. Artinya, dimasa itu kaum muslimin menjadi bulan-bulanan kaum lainnya. Ini terjadi karena mereka tidak memiliki kemuliaan seperti dimasa lalu. Mereka telah diliputi kehinaan.

Kedua, pada masa itu kaum muslimin tertipu dengan banyaknya jumlah mereka padahal tidak bermutu. Sahabat menyangka bahwa keadaan hina yang mereka alami disebabkan jumlah mereka yang sedikit, lalu Rasulullah saw menyangkal dengan mengatakan bahwa jumlah muslimin pada waktu itu banyak, tetapi berkualitas rendah.

Pada masa itu ummat Islam sedemikian peduli dengan kuantitas namun lalai memperhatikan aspek kualitas. Yang penting punya banyak pendukung alias konstituen tetapi kurang peduli apakah mereka berkualitas atau tidak. Sehingga kaum muslimin menggunakan tolok ukur mirip kaum kuffar dimana yang banyak pasti mengalahkan yang sedikit. Mereka ikut menggunakan prinsip mayoritaslah yang berkuasa yakni prinsip yang menjiwai falsafah demokrasi modern. Padahal Allah menegaskan didalam AlQur’an bahwa pasukan berjumlah sedikit dapat mengalahkan pasukan musuh yang jumlahnya lebih besar dengan izin Allah.

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS.2:249)

Pada masa kaum muslimin terhina, kuantitas mereka yang besar tidak dapat menutupi kelemahan kualitas. Sehingga Rasulullah mengumpamakan mereka seperti buih mengapung. Coba perhatikan buih ditepi pantai. Buih merupakan sesuatu yang paling terlihat, paling indah dan berjumlah sangat banyak saat ombak sedang bergulung. Namun buih pula yang paling pertama menghilang saat angin berhembus lalu menghempaskannya ke udara.

Ketiga, Rasulullah saw mengisyaratkan bahwa jika ummat Islam dalam keadaan terhina, maka salah satu indikator utamanya ialah rasa gentar yang menghilang didalam dada musuh menghadapi ummat Islam. Sesungguhnya Rasulullah saw lebih menyukai ummat Islam senantiasa berwibawa sehingga disegani dan ditakuti musuh.

Dewasa ini kita melihat bahwa para pemimpin berbagai negeri berpenduduk mayoritas muslim justru memiliki rasa segan dan rasa takut menghadapi para pemimpin kalangan kaum kuffar dunia barat. Alih-alih mengkritisi mereka, bersikap sama tinggi sama rendah saja sudah tidak sanggup. Sehingga yang kita lihat dipanggung dunia para pemimpin negeri kaum muslim menjadi pelayan pemimpin kaum kuffar. Padahal Allah menggambarkan kaum muslimin sebagai manusia yang paling tinggi derajatnya ditengah manusia lainnya jika mereka sungguh-sungguh beriman kepada Allah.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang- orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS.3:139)

Keempat, Rasulullah saw kemudian menjelaskan apa sesungguhnya yang melatar belakangi ummat Islam dimasa itu sehingga menjadi terhina dan kehilangan kemuliaannya. Bersabda Rasulullah saw: “Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” (HR.Abu Dawud)
Al-Wahan, suatu istilah baru yang menyebabkan para sahabat bertanya-tanya. Sehingga Rasulullah saw mendefinisikannya dengan uraian yang singkat namun sangat jelas.

Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Rasulullah saw bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR.Abu Dawud). Al-Wahan adalah penyakit yang boleh dikatakan sangat dominan dewasa ini menjangkiti umat manusia, termasuk umat Islam. Karena kita sedang menjalani era paling kelam dalam sejarah Islam dimana kaum kuffar sedang mendapat giliran mengarahkan dan menguasai ummat manusia sedunia, maka konsep hidup kaum kuffar itulah yang mewarnai kehidupan manusia pada umumnya tanpa kecuali ummat Islam. 

“Mereka hanya mengetahui yang lahirnya (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS.30:7)

Kaum kuffar tak meyakini adanya kehidupan selain dunia yang fana ini. Mereka sangat peduli dengan kemenangan, keberhasilan, kebahagiaan dan kekuasaan didunia ini. Mereka menyangka bahwa dunia merupakan kehidupan yang final. Sehingga mereka pun mati-matian berjuang utk meraih segala target keberhasilan duniawi dan tidak peduli dengan keberhasilan di akhirat. Karena sesungguhnya mereka tidak pernah meyakini adanya kehidupan akhirat.

Kelima, ummat Islam yang lemah dan kehilangan giliran memimpin ummat manusia, akhirnya menjadi lemah pula dalam hal keyakinan serta sikap hidup. Mereka mulai ketularan penyakit kaum kuffar, yakni mencintai dunia. Mereka mulai melupakan bahwa kehidupan akhirat itulah sesungguhnya kehidupan yang sejati. Lupa bahwa dunia hanyalah fatamorgana dan sementara. Baik itu kebahagiaan maupun penderitaan. Semua hanyalah fatamorgana dan bersifat fana. Sedangkan di akhirat kelak, segenap kebahagiaan dan penderitaan bersifat sejati dan abadi. Dewasa ini, sudah mulai bermunculan saudara muslim kita yang akhirnya mengejar dunia demikian seriusnya, namun bermain-main dalam mengejar akhirat. Padahal Allah justru menggambarkan bahwa didunia segala sesuatunya
tidaklah seharusnya diambil terlalu serius, untuk urusan akhiratlah semestinya seseorang berlaku tidak main-main. 

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS.29:64)

Keenam, karena kecintaan kepada dunia telah sedemikian dominan mirip kaum kuffar, maka biasanya secara otomatis hilangnya kerinduan bahkan kesiapan menghadapi alam berikutnya, yakni al-akhirah. Dan mengingat bahwa pintu memasuki akhirat ialah kematian, maka muslimin yang telah lemah mental itu kehilangan kesiapan serta keberanian menghadapi kematian. Mereka menjadi takut menghadapi kematian. Padahal Rasulullah saw justru menekankan kepada kita agar banyak-banyak mengingat kematian.

Sabda Rasulullah saw: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yakni kematian.” (HR.Tirmidzi)

Orang yang banyak mengingat kematian mengindikasikan bahwa dirinya rindu berjumpa dengan Allah. Sebab kematian adalah saat dimana seseorang kembali kepada Allah. Dan Allah akan suka berjumpa dengan orang yang memang suka berjumpa dengan Allah. Sebaliknya, Allah enggan berjumpa dengan seseorang yang memang asalnya juga tidak suka berjumpa dengan Allah.

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah akan suka berjumpa dengannya. Dan barangsiapa yang membenci perjumpaan dengan Allah, maka Allah akan benci pula berjumpa dengannya.” (HR.Bukhari)

Tetapi pada saat ini malah kita jumpai semakin banyak orang, termasuk muslimin yang melupakan kematian. Sehingga kita lihat sebagian mereka mengembangkan ambisi dan kecintaannya kepada berbagai keberhasilan duniawi seolah-olah semua itu dapat mereka nikmati selama-lamanya. Mereka mengejarnya sedemikian rupa sehingga menjadi sangat mirip dengan kaum kuffar yang memang tidak mengimani adanya kehidupan sesudah kematian. Mereka mengejarnya seperti kaum kuffar sehingga kita menjadi malu sendiri melihat kelakuan mereka.

Ya Allah janganlah Engkau jadikan dunia sebagai puncak cita-cita kami dan batas akhir pengetahuan kami. Ya Allah jadikanlah akhirat pusat perhatian kami selalu dan mati dijalan-Mu ambisi utama kami.

Cara Mengatasi Stres
Keampuhan Shalawat 

Hasilkan Jutaan Rupiah dari rumah! 
.