Saturday, July 07, 2018

Sifat Orang Munafik

.
Ada empat hal yang jika terdapat pada diri seseorang maka dia menjadi seorang munafiq sejati dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat itu maka dia memiliki satu ciri kemunafikan hingga dia meninggalkannya: jika dipercaya dia berkhianat, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia memungkiri dan jika bertengkar dia melewati batas. [HR.Bukhari]

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah."
Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta." [Qs.63:1] orang pendusta." [Qs.63:1]
 

Senang Dengan Kemaksiatan.
Orang beriman bisa saja terjatuh dalam kemaksiatan karena mengikuti hawa nafsunya, tetapi dia akan segera bertaubat dan memperbaiki diri, sebagaimana
sabda Rasulullah saw: "Setiap bani Adam sering melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang sering berbuat kesalahan adalah orang yang mau bertaubat." [HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, AlHakim] 

Orang beriman akan menyesali dan merasa berat dengan dosa yang dia lakukan. Dari Ibnu Mas’ud ra: "Seorang Mukmin melihat dosa-dosanya seperti dia berada dibawah gunung dan dia takut gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang-orang fajir, dia melihat dosadosanya seperti melihat lalat hinggap dihidungnya dengan sekali kibasan maka lalat itu akan pergi.” [HR.Tirmidzi]

Berbeda dengan orang munafik yang bersuka ria dan merasa nyaman dengan perbuatan dosa dan maksiatnya. Padahal menampakkan perbuatan maksiat dan merasa senang dengannya adalah bentuk kemaksiatan tersendiri yang akan ditambahkan dosanya dengan kemaksiatan pertama.

Rasulullah bersabda: "Jika perbuatan baikmu membuatmu gembira dan perbuatan burukmu membuat mu bersedih, berarti kamu seorang Mukmin.” [HR.Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim]

Allah Ta'ala berfirman: "Orang-orang yang ditinggalkan (tak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka dibelakang Rasulullah." [QS.9:81]

Mereka senang dengan tak ikut serta dalam jihad bersama Rasulullah saw, bahkan itulah yang mereka inginkan. Ini menunjukkan lemahnya keimanan atau bahkan hilangnya keimanan dari dada mereka.

Oleh karena itu, hendaknya kita selalu mengoreksi dan memperbaiki keimanan, agar jangan sampai terjatuh kepada sifat kemunafikan ini.

Benci Dengan Ketaatan.
Dalam banyak tempat didalam AlQuran, Allah Ta'ala mengaitkan antara iman dan amal shalih, karena amal adalah bagian dari iman dan merupakan bukti serta buah dari keimanan yang benar. Allah Ta'ala berfirman: "Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan dan akan Kami titahkan kepadanya yang mudah dari perintah-perintah Kami.” [Qs.18:88]

Mereka yang beriman melaksanakan amal shalih dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Mereka juga mencintai Allah Ta'ala dan mencintai apa yang dicintai Allah Ta'ala dan mencintai setiap amalan yang akan mendekatkan mereka kepada Allah Ta'ala. Mereka mendapatkan ketenangan dari ibadah yang mereka lakukan.

Inilah keadaan orang yang beriman. Keimanan sudah tertanam dihatinya. Dia telah merasa kelezatan ibadah dan keimanan tersebut telah berbuah amal shalih dan akhlak mulia.

Berbeda dengan orang munafik. Mereka tidak merasakan kelezatan iman dan tidak mencintai Allah Ta'ala. Karena itu, mereka tidak mencintai amalan yang akan mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta'ala. Waktu melakukan ketaatan, bukan ketenangan dan kebahagiaan yang mereka dapatkan tetapi kesempitan, kesusahan dan kesedihan. Hati mereka ingkar, akidah mereka rusak dan nurani mereka gelap.

Mereka membenci agama ini dan seluruh syiar dan syariat Islam. Kalaupun terlihat mengerjakan amal ibadah, maka mereka mengerjakannya sekedar terbebas dari beban ibadah itu. Allah Ta'ala berfirman: "Orang-orang yang ditinggalkan itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka dibelakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata, “Janganlah kamu berangkat (berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah, “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas” jika mereka mengetahui." [QS.9:8]

Sebagai contoh dalam masalah infak, mereka berinfak namun disertai rasa benci. Mereka benci infak, benci orang yang mereka beri, bahkan mereka benci keadaan yang mengharuskan mereka berinfak. Mereka tidak berinfak kecuali dalam keadaan terpaksa, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "dan tidak menafkahkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan." [QS.9:54]

Orang munafik akan berusaha menempuh berbagai cara agar bisa terlepas dari ibadah. Mereka berani bersumpah dusta, mengajukan udzur dan mencari-cari alasan atas ketidak ikutan mereka dalam suatu amal ibadah, seperti dalam jihad. Allah Ta'ala berfirman, “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pasti mereka mengikutimu tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersamamu.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." [QS.9:42]

Mereka enggan melakukan ketaatan kecuali dalam keadaan malas dan benci terhadap amal ketaatan dan kebaikan.

Malas Melakukan Shalat.
Shalat bagi orang beriman adalah penyejuk hati. Dengan shalat, mereka bermunajat memohon kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, meminta segala hajat kebutuhan mereka. Rasulullah bersabda: "Dan dijadikan penyejuk mataku didalam shalat" [HR.Ahmad, An-Nasa’i, Abu Ya’la]

Ibnu Mas’ud ra menggambarkan bagaimana semangatnya para salaf dalam menunaikan shalat. Beliau berkata, “Sungguh seorang lelaki datang dengan dipapah oleh dua orang dan diberdirikan dishaf.” [HR.Muslim]. Karena mereka mengetahui arti shalat dan kemuliaannya serta derajatnya yang tinggi.

Ini berbanding terbalik dengan orang munafik. Allah Ta'ala berfirman: "dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tak menafkahkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan." [QS.9:54]
 
Firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan bila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya  dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah Ta'ala kecuali sedikit sekali" [QS.4:142]

Dan shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Shubuh. Rasulullah saw bersabda: "Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Shubuh [HR.Bukhari dan Muslim]

Diantara bentuk kelalaian terhadap shalat:
+ Tidak ikut shalat berjamaah bersama kaum Muslimin.
+ Melaksanakan shalat dengan rasa malas dan rasa enggan.
+ Riya’ dan menghiasi shalatnya agar dilihat manusia.
+ Tidak menghadirkan hati dan tidak khusyu’.
+ Mengakhirkan waktu pelaksanaan shalat.

Hendaklah setiap Muslim mengetahui apa yang menyebabkan mereka lalai dari shalat, agar mereka bisa menghindarinya sehingga tidak terjerumus dalam kemunafikan. Diantara sebab-sebab itu adalah:
+ Tenggelam dalam maksiat sehingga menghalangi seseorang dari mengingat Allah Ta’ala dan shalat.
+ Sibuk urusan dunia, dan lupa tujuan dia diciptakan didunia ini untuk beribadah kepada Allah Ta'ala.
+ Pendidikan yang buruk yang menyebabkan peserta didik kurang memperhatikan shalat.
+ Bergadang malam, sehingga menyebabkan luput dari mengerjakan shalat Shubuh.
+ Tidak mengetahui pentingnya shalat dan bahayanya meninggalkan shalat.
+ Kurangnya nasehat dari orang-orang yang berkewajiban memberikan nasehat dan peringatan.

Semoga Allah Ta'ala membersihkan kaum Muslimin dari kesalahan dan kekeliruan yang besar ini.

Amar Mungkar dan Nahi Ma'aruf.
Al-ma’ruf adalah setiap perkara yang dianggap baik secara syariat dan diperintahkan untuk dilakukan seperti tauhid dan ketaatan kepada Allah Ta'ala. Sedangkan al-munkar adalah setiap perkara yang diingkari syariat, seperti kesyirikan dan seluruh kemaksiatan.

Orang yang fitrahnya belum berubah dan belum tercemari sifat-sifat jahiliyah, mereka pasti mencintai kebaikan dan membenci kemungkaran. Karena perkara yang mar’uf termasuk perkara yang dikenal oleh jiwa yang suci dan lurus sedangkan yang mungkar diingkari oleh jiwa dan dijauhi. Karena jiwa itu tahu, kebahagiaan hanya bisa diraih dengan melakukan perbuatan yang ma’ruf dan meninggalkan kemungkaran.

Sedangkan orang-orang munafik, Jiwa mereka terbiasa dengan kebatilan yang melekat dalam setiap keadaan dan fithrah mereka terbalik. Mereka memandang perkara yang ma’ruf sebagai kemungkaran dan kemungkaran sebagai suatu yang ma’ruf. Mereka bahu membahu dalam memerintahkan kepada kekufuran, kesyirikan, perbuatan maksiat dan mencegah perbuatan baik dan jika mampu, mereka akan memerangi kebaikan dan menyakiti orang-orang yang melakukan kebaikan. 

Allah Ta'ala berfirman: "Orang-orang munafik lelaki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik." [Qs.9:67]

Orang-orang yang beriman, mereka saling tolong-menolong dalam kebaikan dan saling mencegah dari kemungkaran. Allah berfirman: "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Qs.9:81]

Kita memohon kepada Allah Ta'ala agar kita dijadikan termasuk golongan orang-orang yang beriman dan dijauhkan dari sifat munafik. Para sahabat Rasulullah saw punya doa khusus untuk menghindari sifat munafiq. “Wahai Allah bersihkanlah hatiku dari nifaq, amalku dari riya, lisanku dari dusta, mataku dari pengkhianatan. Sesungguhnya Engkau mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan didalam dada.” (HR.Hakim)

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan padamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu dia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" [Qs.63:9-10]

Sumber: almanhaj.or.id
.
Cara Mengatasi Stres
Keampuhan Shalawat 

Aplikasi Ajaib Hasilkan Jutaan Rupiah 
.