Wednesday, June 06, 2018

Istri Yang Dijamin Masuk Surga

.
Dari kehidupan Fatimah, kita bisa belajar tentang makna kesederhanaan dan penerimaan. Kehidupan keluarganya yang pas-pasan, menuntutnya untuk  lebih  banyak  berkorban  dan  bekerja  dengan tangannya sendiri, kehidupan awal rumah tangga untuk pasangan muda. Padahal dia adalah putri kesayangan Rasulullah, manusia termulia. 

Sebagian istri melupakan keutamaan taat pada suami. Terutama istri yang merasa dirinya lebih sukses daripada suaminya sehingga dia menganggap dialah yang mesti ditaati karena karirnya lebih tinggi, penghasilannya lebih besar dan jabatannya lebih mentereng.

Dari Ummu Salamah ra, Rasulullah saw bersabda, “Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga.” (HR.Tirmidzi). Dari Abu Hurairah ra, Pernah ditanyakan kepada Rasulullah saw, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR.Ahmad)

Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah saw bersabda, “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, berpuasa sebulan dibulan Ramadhan, serta menjaga kemaluannya dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah kedalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR.Ahmad dan Ibnu Hibban)

Siapakah yang akan masuk surga pertama kali setelah istri-istri Nabi Muhammad saw ?
Suatu hari putri
Rasulullah, Fatimah Az Zahra ra bertanya kepada Rasulullah saw, Siapa perempuan pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin istri-istri Nabi saw? Rasulullah bersabda: "Dia adalah Mutiah."

Berhari-hari Fatimah berkeliling Madinah untuk mencari informasi keberadaan Mutiah tsb dan dimana perempuan yang dikatakan oleh Nabi saw tersebut tinggal. Akhirnya Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah dipinggiran kota Madinah. Seizin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah waktu pagi hari.

Sesampainya dirumah Mutiah, maka Fatimah yang telah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah serta mengucapkan salam. “Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah itu terdengar jawaban seorang perempuan, “Wa’alaikumussalaam, siapakah diluar?” Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad saw.” Mutiah berkata, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”

Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra lelakinya yang masih kecil (berumur 5 tahun). Maka Mutiah menutup pintu rumahnya kembali, Fatimah pun kaget dan bertanya kepada Mutiah dari balik pintu. “Ada apa hai Mutiah? Kenapa dirimu menutup kembali pintu rumahmu? Apakah dirimu tidak mengizinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim denganmu?”

Mutiah menjawab dari balik pintu, “Hai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama anak lelakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah saw tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan lelaki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa izin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta izin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah lagi besok biar aku nanti meminta izin terlebih dahulu kepada suamiku.”

Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata perempuan mulia ini, argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah saw. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.

Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dan berpikir bahwa Mutiah telah meminta izin kepada suaminya atas keberadaan nya serta membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal tersebut telah termasuk izin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.

Namun ketika Fatimah berada didepan rumah Mutiah, kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa izin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta izin suaminya. Semakin galaulah hati Fatimah, memikirkan mulianya perempuan ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah saw, tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.

Pada hari ketiga, kembali Fatimah bersama kedua putranya datang ke rumah Mutiah pada sore hari. Namun Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapatinya sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai serta bau tubuh yang harum sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona. Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Akhirnya Fatimah pulang kembali disertai kekaguman yang tidak terperi kepada Mutiah.

Pada hari keempat, Fatimah datang lagi kerumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya telah berada dirumah atau telah pulang dari kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai dirumah pulang dari kerja.

Fatimah dan kedua putranya Hasan dan Husein dipersilakan masuk rumah oleh Mutiah dan suaminya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibandingkan yang dihadapinya sejak hari pertama. Mutiah telah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil mengikuti suaminya kekamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah.

Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah mengikuti suaminya menuju ke tempat makan. Dan untuk suaminya itu telah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian.
Sebelum suaminya memakan makanan yang telah disiapkan, Mutiah masuk kedalam rumah dan keluar membawa cambuk sepanjang dua meter dan diberikan kepada suaminya serta mengatakan: “Hai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya dirimu tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku."

Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah telah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah saw tentang perempuan pertama penghuni surga setelah para istri Nabi tersebut adalah Mutiah. Fatimah pulang sambil menangis haru dan bahagia karena telah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai perempuan yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.

Nasehat Rasulullah saw pada Putrinya:
“Kalau Allah menghendaki wahai Fatimah, tentu lumpang itu akan menggilingkan gandum untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu, menghapuskan keburukan2 serta hendak mengangkat derajatmu. Wahai Fatimah, barangsiapa perempuan yang menumbukkan gandum untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan Allah akan mengangkat derajatnya. Wahai Fatimah, perempuan yang berkeringat ketika menumbuk gandum untuk suaminya. Tentu Allah akan menjadikan antara dia dan neraka tujuh khonadiq (lubang yang panjang).

Wahai Fatimah, manakala seorang perempuan mau meminyaki kemudian menyisir anak-anaknya serta memandikan mereka, maka Allah akan menuliskan pahala untuknya dari memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang. Wahai Fatimah, apabila seorang perempuan menghalangi (tidak mau membantu) hajat tetangganya, maka Allah akan menghalanginya minum dari telaga “Kautsar” kelak dihari Kiamat.

Wahai Fatimah, lebih utama dari itu adalah kerelaan suami terhadap istrinya. Kalau suamimu tidak rela terhadap engkau maka aku tidak mau berdoa untukmu. Apakah engkau belum mengerti wahai Fatimah bahwa sesungguhnya kerelaan suami adalah pertanda kerelaan Allah sedangkan kemarahan suami pertanda kemurkaan-Nya.

Wahai Fatimah, ketika seorang perempuan mengandung janin dalam perutnya maka sesungguhnya malaikat-malaikat telah memohonkan ampun untuknya dan Allah menuliskan untuknya setiap hari seribu kebaikan serta menghapuskan darinya seribu keburukan. Apabila dia menyambutnya dengan senyum maka Allah akan menuliskan untuknya pahala para pejuang. Dan ketika dia telah melahirkan kandungannya maka berarti dia keluar dari dosanya bagaikan dihari dia lahir dari perut ibunya.

Wahai Fatimah, ketika seorang perempuan berbakti kepada suaminya dengan niat yang tulus murni maka dia telah keluar dari dosa-dosanya bagaikan dihari ketika dia lahir dari perut ibunya, tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosa, serta dia akan mendapati kuburnya sebagai taman diantara taman-taman surga. Bahkan dia hendak diberi pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah dan seribu malaikat memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang perempuan berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan penuh ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan kepadanya pakaian hijau dari surga kelak dihari Kiamat, serta menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya seribu kebaikan dan Allah akan memberinya pahala seratus haji dan umrah.

Wahai Fatimah, manakala seorang perempuan bermuka manis didepan suaminya, tentu Allah akan memandanginya dengan pandangan Rahmat. Wahai Fatimah, bila seorang perempuan menyelimuti suaminya dengan hati yang lega maka ada Pemanggil dari langit memanggilnya: “memohonlah agar diterima amalmu, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang belum lewat”.

Wahai Fatimah, setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan jenggot suaminya, dan mencukur kumis dan memotongi kukunya maka Allah akan meminuminya dari ‘rahiqil makhtum dan sungai surga, memudahkannya ketika mengalami sakaratil maut, juga dia akan mendapati kuburnya bagaikan taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya bebas dari neraka serta lulus melewati shirat”

Kita bisa lihat, hasil dari apa yang ia lakukan, dari setiap ujian dan dari setiap pengorbanan yang dilakukannya. Allah mengangkat derajatnya dunia akhirat dan melahirkan dari rahim nya anak-anak yang menjadi penerus keturunan Rasulullah. Walaupun hidupnya tidak lebih dari 30 tahun, namun inspirasi yang diberikan Fatimah sewajarnya terus hidup bagi wanita-wanita mukmin setelahnya. Termasuk generasi kita sekarang.

Cara Mengatasi Stres
Keampuhan Shalawat 

Hasilkan Jutaan Rupiah dari rumah! 
.